Pemanfaatan Tanaman Sorgum di Desa Tanak Beak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah
DOI:
10.29303/jpmpi.v4i3.951Diterbitkan:
2021-09-13Terbitan:
Vol 4 No 3 (2021)Kata Kunci:
Desa Tanak Beak, Tanamanan Sorgum.Artikel
Unduhan
Cara Mengutip
Metrik
Abstrak
Sorgum sebagai jenis serelia memiliki daerah adaptasi yang luas dan merupakan tanaman semusim yang tidak banyak memerlukan air selama pertumbuhannya sehingga cocok pada lahan kering, memiliki potensi besar dikembangkan di Indonesia. Berbagai jenis pangan olahan dikembangkan dari tepung sorgum, antara lain berbagai jenis bubur, tortila, chapati, roti tanpa dan dengan fermentasi dan sebagainya.Sorgum dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk produk olahan, termasuk nasi, roti, mie, kue kering, kue basah, cake, dan berbagai makanan camilan (snack) lainnya. Batang sorgum juga dapat menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai produk minuman dan industri gula. Batang sorgum juga dapat diproses menjadi bioetanol, sebagai campuran dalam proses pembuatan briket dan bahan pokok pembuatan kerajinan tangan. Daun dan hasil dari perasan batang dari tanaman sorgum juga dimanfaatkan sebagai pakanan ternak sapi yang menggemukan karena kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan rerumputan. Limbah dari sorgum dapat dijadikan sebagai bahan baku biogas. Hal tersebut menunjukkan multifungsi tanaman sorgum yang selama ini dilupakan.Tanaman sorgum yang dikembangkan di Desa Tanak Beak diolah menjadi beberapa produk, antara lain olahan pangan, kerajinan tangan dan pupuk organik. Beberapa produk yang dihasilkan diantaranya produk olahan makanan dan minuman: aneka jenis kue, jajanan dan minuman dari perasan batang sorgum. Untuk kerajinan tangan dari batang sorgum dihasilkan: bingkai foto, miniatur berugak, tempat tisu dan tutupan lampu tidur. Sedangkan pembuatan pupuk dari limbah sorgum dicampur dengan kotoran ayam menghasilkan berupa pupuk organik yang difermentasi dengan EM4.
Referensi
Anonim. 1995. Fermentasi Bahan Organik Dengan Teknologi Effective Mocroorganismes -4
(EM4). Indonesiaan Kyusei Nature Farming Societies and PT. Songgo langit Persada. Jakarta.
Dyahrini, W. dan Gusni. 2016. Potensi Sorgum Sebagai Alternatif Pangan Pengganti Beras Di Bandung Raya Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Conference on Management and Behavioral Studies. Universitas Tarumanagara.
Experiment Station and Cooperative Extention Service, February 1998. www. ksre.ksu.edu/bookstore/pu s/c687.pdf
Gordon, W.B. and D.A. Whitney. 2002. Starter Fetilizer ApplicationEffects On Reduced and NoTillage Grain SorghumProduction. Better Crops. 86(3): 10-11/15.
Gunawan, S., S.A. Sijid, dan Hafsan. 2017. Sorgum untuk Indonesia Swasembada Pangan (Sebuah Review). Prosiding Seminar Nasional Biology for Life. Gowa.
Japa, L., A. Raksun, Karnan, dan D. Santoso. 2018. Implementasi Biofermentasi “Effective Microorganism†Dalam Pengolahan Sampah Pertanian Dan Peternakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat. 1(1):111-115.
Kelley, T.G., P.P. Rao, and R.P. Singh. 1992.Trend in Sorghum Production and Utilization. Progres Report 108. Resource Management Program Economic Group. ICRISAT, Patancheru.
Leo, N. (2013, 15 Januari). Sorgum, dari Daun Sampai Akarnya Bisa Jadi Duit. Dikutip 28 Juni 2019 dari Pos-Kupang: https://kupang.tribunnews.com/2013/01/15/sorgum-dari-daun-sampai-akarnya-bisa-jadi-duit
Mudjisihono, R. dan D.S. Damardjati. 1987. Prospek Kegunaan Sorgum Sebagai Sumber Pangan dan Pakan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
VI(I):1-5.
Natsir. 2007. Teknik Pembuatan Bokashi. http:www.dsperternakpandegelang.go.id Diakses Tanggal 9 April 2010.
Rahmawati, F. 2013. Pengemasan dan Pelabelan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Reddy, B.V.S., S. Ramesh, S.T. Borikar, and H. Sahib. 2007. ICRISAT-Indian NARS partnership sorghum improvement research: strategies and impacts. Current Science. 92(7):909-915.
Rismunandar dan F.H. Fraeyhoven. 1973. Sorghum Tanaman Serba Guna. Bandungdan Jakarta. Penerbit N.V. Masa Baru
Sembiring, H. dan N.A. Subekti. 2013. Produsen Utama Sorgum Dunia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, dalam Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan (Editor: Sumarno, Djoko Said Damardjati, Mahyuddin Syam, Hermanto), Jakarta. IAARD Press.
Stenhouse, J.W. dan J.L. Tippayaruk. 1996. Sorghum bicolor. p. 130-136. In:Gruber, G.J.H. and S. Partohardjono (Eds.). Plant resources of SouthEast Asia No. 10. Cereals. Backhuys Pub., Leiden, The Netherlands.
Suarni, 2012b. Potensi Sorgum Sebagai Bahan Pangan Fungsional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.
Suarni. 2004. Evaluasi Sifat Fisik dan Kandungan Kimia Biji Sorgum Setelah Penyosohan. Jurnal Stigma. XII (1):88-91.
Suarni. 2012a. Potensi Sorgum Sebagai Bahan Pangan Fungsional. IPTEK Tanaman Pangan. 7(1): 58-66.
Vavilov, N.I. 1926. Studies on origin of cultivated plants. Bull. Appl. Bot. 16(2): 248.
Lisensi
Penulis yang akan mempublikasikan Artikelnya di Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA harus menyetujui ketentuan sebagai berikut:
- Penulis dapat mempertahankan Hak Cipta Artikel yang akan di publikasikan dan penulis memberikan hak publikasi pertama kepada Jurnal Penabdian Magister Pendidikan IPA dengan pekerjaan secara bersamaan dan berlisensi di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional. yang memungkinkan orang lain untuk berbagi pekerjaan dengan pengakuan kepengarangan karya dan publikasi awal di Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA.
- Penulis dimasukkan dalam penyusunan kontraktual tambahan terpisah untuk distribusi non ekslusif versi kaya terbitan jurnal (misalnya: mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkan artikel dalam sebuah buku), dengan pengakuan penerbitan awalnya di Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA.
- Penulis diizinkan dan anjurkan untuk mem-posting Artikelnya secara online (misalnya: di repositori institusional atau di website mereka - socmed) setelah diterbitkan oleh Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, hal ini bertujuan untuk mengarahkan ke pertukaran produktif, seperti halnya capaian pengutipan Artikel (H-Index) lebih banyak. (Lihat Efek Akses Terbuka).