Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok Bilangan Pecahan Ditinjau dari Tipe Kepribadian Siswa

Authors

Baharunnisa , Arjudin , Eka Kurniawan , Sripatmi

DOI:

10.29303/jcar.v5i4.5756

Published:

2023-12-17

Issue:

Vol. 5 No. 4 (2023): November

Keywords:

Kemampuan Berpikir Kritis, Soal Cerita, Tipe Kepribadian (Extrovert, Introvert, Ambivert)

Articles

Downloads

How to Cite

Baharunnisa, Arjudin, Kurniawan, E. ., & Sripatmi. (2023). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok Bilangan Pecahan Ditinjau dari Tipe Kepribadian Siswa . Journal of Classroom Action Research, 5(4), 247–253. https://doi.org/10.29303/jcar.v5i4.5756

Downloads

Download data is not yet available.

Metrics

Metrics Loading ...

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkatan dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal cerita materi bilangan pecahan ditinjau dari tipe kepribadian siswa kelas VII SMPN 17 Mataram. Jenis penelitian ini adalah menggunakan mix method. Instrumen yang digunakan berupa tes tipe kepribadian yaitu tes kepribadian berstandar berstandar Myers Briggs Type Indicator (MBTI), tes kemampuan berpikir kritis, dan pedoman wawancara. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-A yang berjumlah 32 siswa. Dari kelas tersebut kemudian diambil 8 subjek yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah dari masing-masing tipe kepribadian extrovert, introvert, dan ambivert untuk dilakukan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian extrovert adalah 27,31% yaitu berkategori rendah. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian introvert adalah 57,54% yaitu berkategori sedang. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian ambiovert adalah 50,23% yaitu berkategori sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa siswa berkepribadian extrovert dengankemampuan berpikir kritis kategori sedang dapat melalui tahap klarifikasi dan assesmen sedangkan  siswa  berkepribadian extrovert kategori rendah cenderung hanya melalui tahap klarifikasi saja. Siswa berkepribadian introvert dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi cenderung melalui tahap klarifikasi, assesmen, strategi, dan kesimpulan. Kemudian siswa berkepribadian introvert kategori sedang cenderung melalui tahap klarifikasi dan strategi. Sedangkan siswa berkepribadian introvert dengan kategori rendah cenderung hanya melalui tahap klarifikasi saja. Siswa berkepribadian ambivert dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi cenderung melalui tahap klarifikasi, assesmen, strategi, dan kesimpulan. Kemudian  siswa berkepribadian ambivert kategori sedang cenderung melalui tahap klarifikasi dan strategi. Sedangkan siswa berkepribadian ambivert kategori rendah cenderung hanya melalui tahap klarifikasi saja.

References

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkatan dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal cerita materi bilangan pecahan ditinjau dari tipe kepribadian siswa kelas VII SMPN 17 Mataram. Jenis penelitian ini adalah menggunakan mix method. Instrumen yang digunakan berupa tes tipe kepribadian yaitu tes kepribadian berstandar berstandar Myers Briggs Type Indicator (MBTI), tes kemampuan berpikir kritis, dan pedoman wawancara. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-A yang berjumlah 32 siswa. Dari kelas tersebut kemudian diambil 8 subjek yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah dari masing-masing tipe kepribadian extrovert, introvert, dan ambivert untuk dilakukan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian extrovert adalah 27,31% yaitu berkategori rendah. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian introvert adalah 57,54% yaitu berkategori sedang. Persentase kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian ambiovert adalah 50,23% yaitu berkategori sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa siswa berkepribadian extrovert dengankemampuan berpikir kritis kategori sedang dapat melalui tahap klarifikasi dan assesmen sedangkan siswa berkepribadian extrovert kategori rendah cenderung hanya melalui tahap klarifikasi saja. Siswa berkepribadian introvert dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi cenderung melalui tahap klarifikasi, assesmen, strategi, dan kesimpulan. Kemudian siswa berkepribadian introvert kategori sedang cenderung melalui tahap klarifikasi dan strategi. Sedangkan siswa berkepribadian introvert dengan kategori rendah cenderung hanya melalui tahap klarifikasi saja. Siswa berkepribadian ambivert dengan kemampuan berpikir kritis kategori tinggi cenderung melalui tahap klarifikasi, assesmen, strategi, dan kesimpulan. Kemudian siswa berkepribadian ambivert kategori sedang cenderung melalui tahap klarifikasi dan strategi. Sedangkan siswa berkepribadian ambivert kategori rendah cenderung hanya melalui tahap klarifikasi saja.

License

Copyright (c) 2023 Baharunnisa, Arjudin, Eka Kurniawan, Sripatmi

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

  • Authors who publish with Journal of Classroom Action Research, agree to the following terms:

  1. Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License (CC-BY License). This license allows authors to use all articles, data sets, graphics, and appendices in data mining applications, search engines, web sites, blogs, and other platforms by providing an appropriate reference. The journal allows the author(s) to hold the copyright without restrictions and will retain publishing rights without restrictions.
  2. Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in Journal of Classroom Action Research.
  3. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).